Langsung ke konten utama

PPdK X SMK | Bab 1 Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika Bagian 2

B. Pentingnya Integrasi Nasional

Pernahkah Anda membayangkan dalam lingkungan sekolah Anda terdapat berbagai macam perbedaan, misalnya agama, suku, bahasa, atau perbedaan Iainnya? Apakah yang akan Anda rasakan? Itulah konsekuensi tinggal di negara majemuk. Bentuk perbedaan yang ada di lingkungan sekolah Anda hanyalah sebagian kecil keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Bagaimana menyikapi berbagai bentuk perbedaan di negara kita? Cermatilah uraian berikut!

1. Pengertian Integrasi Nasional

        Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi artinya pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Kata "nasional" berasal dari bahasa Inggris yaitu nation yang artinya bangsa. Integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis yaitu sebagai berikut.

  • Secara politis, diartikan sebagai penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam ke satuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
  • Secara antropologis, diartikan sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

                  Adapun pengertian integrasi nasional menurut para ahli adalah sebagai berikut.

  1. Menurut Howard Wriggins, integrasi bangsa berarti penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakatmasyarakat kecil yang jumlahnya banyak menjadi satu kesatuan bangsa.
  2. Menurut Dr. Nazaruddin Sjamsuddin, integrasi nasional adalah proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Integrasi juga meliputi aspek vertikal dan horizontal.
  3. Menurut Safroedin Bahar, integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya.

2. Syarat Terbentuknya Integrasi

            Keberhasilan integrasi dalam sebuah negara dipengaruhi oleh syarat-syarat berikut.

  1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan antara satu dan Iainnya.
  2. Terciptanya kesepakatan (consensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman.
  3. Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi sosial.

        Howard Wriggins mengemukakan lima pendekatan yang harus dilakukan oleh pemimpin politik dalam rangka mewujudkan integrasi nasional. Kelima pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.

  • Adanya ancaman dari luar.
  • Ideologi nasional.
  • Gaya politik kepemimpinan.
  • Kesempatan pembangunan ekonomi.
  • Kekuatan lembaga-lembaga politik.

3. Ciri-Ciri Masyarakat dalam Sebuah Integrasi

Sebuah masyarakat yang telah terintegrasi atau terbentuk sebuah integrasi di dalamnya memiliki beberapa ciri berikut.

  1. Adanya tujuan yang sama mengacu pada prinsip-prinsip ideologis yang dianut.
  2. Adanya persamaan nilai-nilai yang mendasar yang terbentuk atas kehendak sendiri dan bukan atas dasar adanya ikatan atau paksaan.
  3. Adanya persamaan persepsi, yakni suatu pandangan yang diilhami oleh nilai-nilai yang sama di antara anggota kelompok.
  4. Adanya persamaan orientasi kerja di antara anggota kelompok.

4. Faktor Pendorong Integrasi

         Menurut Sunyoto Usman, terdapat tiga faktor penting untuk mewujudkan integrasi nasional yaitu sebagai berikut.

  1. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama.
  2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki cross cutting affiliation sehingga menghasilkan cross cutting Ioyalities.
  3. Masyarakat berada di atas saling kebergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

        Sebagai warga negara yang baik kita harus menyadari akan hak dan kewajiban kita. Salah satu hak yang kita miliki adalah mendapatkan rasa aman dan hal itu tidak akan terjadi jika selalu terjadi konflik dalam negara kita. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan integrasi nasional.

5. Jenis dan Tipe Integrasi

Menurut Myron Weiner, ada beberapa tipe atau jenis integrasi yaitu sebagai berikut.

  1. Integrasi bangsa adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam satu kesatuan wilayah serta pada pembentukan identitas nasional. Jadi, membangun rasa kebangsaan dalam suatu wilayah. Contoh: bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan golongan bersedia berintegrasi dalam satu negara yaitu negara Indonesia yang dilandasi semangat kebangsaan yang satu pula.
  2. Integrasi wilayah yaitu pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di atas unit-unit atau wilayah-wilayah yang Iebih kecil yang mungkin beranggotakan suatu kelompok budaya atau sosial tertentu. Contoh: negara Indonesia memiliki kedaulatan wilayah dari Sabang sampai Merauke dengan batas-batas yang telah ditetapkan.
  3. Integrasi nilai yaitu adanya konsensus atau persetujuan terhadap nilai-nilai bersama yang diperlukan untuk memelihara tertib sosial. Contoh: masyarakat Indonesia sepakat bahwa Pancasila merupakan nilai bersama yang mampu menyatukan keragaman dan perbedaan.
  4. Integrasi elite-massa yaitu menghubungkan antara yang memerintah dan yang diperintah, antara penguasa dan rakyat. Contoh: adanya komunikasi yang intensif antara bupati dan rakyat daerah.
  5. Integrasi tingkah laku (tindakan integratif) yaitu kemampuan orang-orang di dalam masyarakat untuk berorganisasi serta bekerjasama demi mencapai tujuan bersama dan yang bermanfaat Contoh: orang-orang yang mendirikan satu perusahaan, lalu mereka bekerja sama di bawat satu manajemen.

6. Dimensi Integrasi Nasional

        Indonesia merupakan negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme. Semangat kebangsaan adalah suatu tekad masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbedabeda agama, ras, etnik, atau golongannya. Integrasi bangsa sangat penting dalam sebuah negara. Integrasi diperlukan untuk melahirkan kesetiaan baru terhadap identitas baru yang mengiringi terbentuknya negara. Sebagai negara yang baru merdeka dari penjajah, integrasi bangsa penting bagi Indonesia.

        Integrasi nasional di Indonesia dapat dipelajari dari dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal.

  • Dimensi vertikal menyangkut upaya menyatukan persepsi, keinginan, serta harapan antara pemerintah dan rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut diperiukan lembaga yang tepat sebagai jembatan dalam mengatasi perbedaan-perbedaan antara pemerintah dan rakyat. Oleh sebab itu, integrasi ini biasa disebut dengan integrasi politik.
  • Dimensi horizontal berkaitan dengan upaya mewujudkan persatuan di antara perbedaanperbedaan yang ada dalam masyarakat. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan wilayah tempat tinggal, suku bangsa, agama, budaya, dan lain-lain. Integrasi horizontal biasa disebut dengan integrasi teritorial.

C. Faktor-Faktor Pembentuk dan Penghambat Integrasi

Terbentuknya integrasi tentu tidak terjadi begitu saja, perlu upaya untuk dapat mewujudkannya sebab dalam masyarakat tidak hanya ada faktor pembentuk, tetapi terdapat pula faktor penghambat integrasi. Oleh karena itu, perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi pembentuk integrasi dan penghambat integrasi. Faktor pembentuk harus kita rawat dan jaga, sedangkan faktor penghambat harus kita selesaikan akar permasalahannya sehingga tidak menghambat terbentuknya integrasi nasional.

1. Faktor Pembentuk Integrasi Nasional

    Terdapat beberapa faktor pembentuk integrasi di Indonesia antara lain sebagai berikut.

  1. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah. Indonesia pernah mengalami penjajahan selama 350 tahun atau 3,5 abad oleh Belanda dan kemudian dijajah Jepang selama 3,5 tahun. Penjajahan yang begitu lama tentunya mendatangkan penderitaan bagi bangsa Indonesia. Sejarah masa lalu yang kelam menjadikan dalam diri masyarakat Indonesia lahir adanya rasa senasib dan seperjuangan. Perasaan senasib dan seperjuangan inilah yang menguatkan bangsa Indonesia untuk bersatu dan mewujudkan integrasi nasional.
  2. Adanya ideologi nasional yang tecermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara merupakan landasan hidup berbangsa dan bernegara. Dalam simbol negara Garuda Pancasjla termuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Hal tersebut merupakan pengikat hati dan jiwa seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap bersatu dalam berbagai keanekaragaman. Semangat bersatu inilah yang menjadi salah satu pembentuk integrasi nasional.
  3. Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia seperti yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 merupakan tonggak awal adanya kesadaran untuk bersatu dalam sebuah kesatuan yaitu sebagai bangsa Indonesia. Semangat Sumpah Pemuda hingga saat ini dan selamanya akan menjadi sebuah tekad dan keinginan untuk bersatu dalam keberagaman mewujudkan Indonesia yang dicita-citakan bersama.
  4. Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat nasionalisme di kalangan bangsa Indonesia. Adanya ancaman yang datang dari luar akan menjadikan sebuah masyarakat semakin solid guna menghadapi ancaman tersebut. Bagi bangsa Indonesia, adanya berbagai ancaman yang datang dari luar justru memunculkan semangat nasionalisme yang semakin besar, dan hal ini menjadi salah satu pembentuk integrasi nasional.
  5. Penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah menyatukan berbagai perbedaan bahasa yang ada di Indonesia. Meskipun memiliki bahasa daerahnya masing-masing, tetapi dengan menggunakan bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia kita bisa saling berinteraksi, berkomunikasi, dan merasa menjadi satu kesatuan. Perasaan menjadi satu inilah yang menjadi faktor pembentuk integrasi.
  6. Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia serta perasaan sebangsa dan setanah air merupakan pengikat hati seluruh masyarakat Indonesia bahwa kita adalah sebuah satu kesatuan yang terpisahkan. Perasaan ini memunculkan persatuan dan menjadi faktor pembentuk integrasi.
  7. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila. Pancasila selain sebagai dasar negara dan ideologi juga merupakan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila sebagai kepribadian bangsa harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kepribadian Pancasila maka akan terbentuk persatuan guna mewujudkan integrasi nasional.
  8. Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, serta toleransi keagamaan yang kuat. Masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu dikenal memiliki semangat gotong royong, solidaritas, serta toleransi keagamaan yang kuat. Hal tersebut masih tampak hingga saat ini. Sebagaimana kita masih melihat di lingkungan masyarakat kita terutama di perdesaan, warga yang membangun rumah saat pemasangan atap akan dibantu seluruh warga desa dalam kegiatan gotong royong, serta saat ada musibah maupun kegiatan di desa masyarakat tanpa sungkan melakukan gotong royong saling membantu sebagai bentuk solidaritas. Tak jarang kita melihat masyarakat dengan sukarela membantu tetangga yang berbeda agama yang sedang mengalami kesusahan atau memiliki hajatan. Semua nilai positif tersebut merupakan faktor pembentuk integrasi yang senantiasa harus dijaga keberlangsungannya dalam diri masyarakat kita.
  9. Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri. Perasaan cinta tanah air akan melahirkan semangat rela berkorban dalam diri masyarakat Indonesia. Dengan semangat rela berkorban yang ada dalam diri masyarakat Indonesia menjadi modal utama untuk menjadikan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan individu dan kelompok sehingga perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat tidak lagi menjadi persoalan, dan hal tersebut menjadi pembentuk integrasi nasional. Semangat mencintai produk dalam negeri juga dapat melindungi kepentingan bangsa dan negara dalam keberlangsungan globalisasi yang mengancam sendi-sendi perekonomian negara.

2. Faktor Penghambat Integrasi Nasional

    Beberapa faktor penghambat integrasi antara lain sebagai berikut

  1. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kemajemukan yang sangat tinggi. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia sendiri membuat jarak yang semakin lebar sehingga integrasi semakin sulit terbangun. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk membangun kesadaran sikap menghargai kemajemukan yang bersifat heterogen dalam masyarakat.
  2. Kurangnya toleransi antargolongan. Sikap toleransi menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh sebuah bangsa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi. Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan kemajemukan yang ada di masyarakat menjadi salah satu penyebab konflik sosial. Dampak yang ditimbulkan dari terjadinya konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat terutama dalam hal yang berkaitan dengan toleransi akan mengurangi rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, kurangnya toleransi terhadap perbedaan yang terjadi secara terus-menerus akan membuat sebuah bangsa terpecah belah dan melahirkan disintegrasi bangsa. Tentunya kondisi yang demikian tidak baik untuk keberlangsungan bangsa dan negara.
  3. Kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar. Di era globalisasi muncul kecenderungan masyarakat menjadi Iebih individualistis serta cenderung tidak memedulikan kondisi dan situasi yang ada di sekitarnya. Jika tidak dicegah, rasa kesadaran diri yang berkurang sebagai dampak globalisasi akan makin mempersulit terwujudnya integrasi nasional. Oleh karena itu, diperlukan kiat-kiat untuk membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk meningkatkan kesadaran diri masyarakat mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan demi terwujudnya integrasi nasional.
  4. Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan. Adanya kecemburuan dalam masyarakat dapat memicu terjadinya konflik yang berujung disintegrasi bangsa. Faktanya adalah bahwa ketimpangan dan ketidakmerataan hasil pembangunan melahirkan ketidakpuasan dalam masyarakat terhadap pemerintah dan juga kecemburuan sosial. Ketidakpuasan tersebut jika berlangsung dalam waktu yang lama akan memunculkan risiko adanya keinginan untuk memisahkan diri. Tentu saja hal ini sangat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa serta menghambat integrasi nasional.


Komentar