Diplomasi Ala Rasulullah : Peletakkan “Hajar Aswad”
Diplomasi Rasulullah
Kepercayaan orang-orang tidak hanya kepada perdagangan atau
transaksi jual beli yang dilakukan beliau. Melainkan merembet ke segala aspek.
Dari tutur katanya sampai kelakuannya di setiap harinya. Dan peristiwa
diplomasi yang paling fenomenal dan
terkenang di kalangan pembesar quraiys yaitu peristiwa permasalahan peletakkan “hajar
al-Aswad” . orang quraiys telah berselisih hingga larut malam. Dihari
keempat dan kelima perselisihan itu hampir membawa mereka kepada pertumpahan
darah. Karena setiap ketua kelompok atau suku saling bersaing untuk meletakkan
batu tersebut.
Pada hari kelima. Abu umayyah bin al mughirah bin Abdullah bin Umar
mempunyai saran kepada mereka agar menyerahan keputusan kepada orang yang
pertama kali lewat pintu masjid. Kemudian pembesar Quraiys akhirnya menyetujui
ide ini. Kegelisahanpun mewarnai malam itu, karena mereka menunggu orang yang
petama kali masuk pintu masjid dan berhak meletakkan batu hajar aswad tersebut.
Allah SWT kemudian menakdirkan bahwa orang yang pertama kali lewat
pintu masjid adalah Rasulullah SAW. Kemudian mereka menceritakan kejadian lima
hari sebelumnya kepada beliau tentang perselisihan ini. Dan akhirnya beliau
menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka.
Adapun jalan keluar yang beliau lakukan yaitu mengambil selembar
selendang. Kemudia hajar aswad diletakkan ditengah-tengah selendang tersebut.
Lalu beliau minta kepada seluruh pemuka
suku yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu. Mereka kemudian
mengangkat hajar aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya,
Rasulullah SAW yang kemudian meletakkan Hajar aswad tersebut. (Haekal, 2008) setelah selesai
meletakkan hajar aswad. Para pemimpin-pemimpin suku merasa puas dan senang.
karena mereka sama-sama mendapatkan haknya. Dengan kejadian tersebut pembesar
suku lainnya sangat kagum kepada beliau atas keputusan dan kebijakan yang
diterapkan dalam peristiwa tersebut
Adapun peristiwa diatas
merupakan diplomasi pertama kali dalam islam. Serta menjadi refrensi bagi
diplomasi islam dimasa sekarang dan yang akan datang. Hikmah dari kejadian itu.
Bahwasanya islam mngajarkan kepada umat manusia. Dalam urusan diplomasi, untuk
mendapatkan keputusan yang baik. Janganlah mengambil keputusan hanya dengan
mempertahankan oposisi dan kepentingan kelompok atau dirinya sendiri dengan
kata lain kita bersenang-senang atas penderitaan orang lain. Melainkan melihat
kepada kepentingan bersama. Sehingga keputusan dan kebijakan yang dibuat bisa
dirasakan secara merata dan tidak ada pihak yang di rugikan
Kesimpulan
Diplomasi identik dengan kepentingan. Dan diplomasi di lakukan
antara dua aktor dan lebih. Biasanya dalam diplomasi saling mempertahankan
kepentingan maing-masing. Sehingga keputusan yang di buat bisa menimbulkan
kerugian satu pihak bahkan lebih. Sehingga hal tersebut bisa menimbulkan
konflik. Namun kehadiran diplomasi islam dalam ilmu modern ini bisa menenangkan
situasi tersebut. Karena yang ditawarkan ilmu ini sangat menarik yaitu mengambil
keputusan dengan melihat kepentingan bersama. Hingga keputusan bisa dirasakan
secara merata dan tidak ada pihak yang dirugikan.
Akhirnya, kita sebagai umat islam sudah seharusnya kita melihat
ilmu islam kembali yang selama ini dikotomi oleh ilmu-ilmu modern. Hasan
Abdullah sahal mengungkapkan “islam itu ibarat keluarga yang mempunyai gudang.
Barang-barang banyak sekali didalam gudang tersebut. Tetapi anggota keluarga
tidak tahu apa isi dari gudang tersebut. Karena mereka tidak tahu. maka menganggap ada sesuatu diluar gudang yang
lebih bagus dan bisa membantu dia dalam hidup ini. Padahal didalam gudang
tersebut sudah ada. Islam itu ibarat gudang kehidupan, nilai-nilai kehidupan, sistem-sistem
kehidupan. Tetapi umat islam tidak tahu atau tidak melirik maupun melihat.
Sehingga ajaran islam ditinggalkan dan akhirnya ilmu dan agama saling
dipisahkan” (Sriputra, 2015)
Daftar Pustaka
az-zabidi, i. (2002). Mukhtaṣar
Ṣahih Bukhari. jakarta: pustaka anani.
Haekal, M. H. (2008). Sejarah Hidup Muhammad.
jakarta: litera Antar Nusa.
Hashem, F. (1992). Sirah Muhammad Rasulullah
Suatu Penafsiran. Bandung: Mizan.
husein, h. (2010). sejarah hidup muhammad.
jakarta: Lentera AntarNusa.
Roy , O., & Jack C, P. (1999). International
Relations Dictionary. jakarta: putra A bardhin.
Shihab, M. Q. (2011). Membaca Sirah Nabi
Muhammad saw Dalam Sorotan Al-Quran dan Hadith Shahih. jakarta: Lentera
Hati.
Sriputra, E. B. (Composer). (2015). Dikotominya
ilmu pengetahuan modern. [H. A. Sahal, Performer] ponorogo, Jawa Timur, Indonesia.
Yousefvand, M. (2012). Diplomatic Negotiations
from islamic point of view. Basic and Applied Scientific Research,
309-317.
Komentar
Posting Komentar